Home > Articles > Dengarkanlah Perkataan-Nya Yang Penuh Kasih Karunia

By : Joseph Prince

Belum lama berselang Tuhan menyingkapkan kepada saya mengenai apa yang terjadi yang di Gunung Transfigurasi, betapa pentingnya mendengarkan Anak Allah dan berdiri teguh di dalam perkataan kasih karunia-Nya. Mari kita lihat kembali kisah tersebut dengan hati yang terbuka untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan-Nya kepada kita saat ini.

Dalam cerita yang dicatat di Injil Matius dan Lukas, kita melihat bagaimana Tuhan Yesus membawa murid-Nya Petrus, Yakobus dan Yohanes ke suatu gunung yang tinggi untuk berdoa. Kitab Suci memberitahu kita bahwa “ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.” (Lukas 9:29 New Living Translation). Lalu dua tokoh paling terkenal dalam kepercayaan Yahudi, Musa dan Elia, muncul dan bercakap-cakap dengan Yesus. Para murid, yang tadinya tertidur saat Yesus berdoa, jadi terbangun. Bayangkan betapa terkejut dan takjubnya mereka saat melihat kedua orang hebat ini – yang satu mewakili Taurat dan yang satu mewakili para nabi – muncul bersama Yesus dalam kemuliaan!

Petrus, yang merasa harus mengatakan sesuatu tapi tak tahu harus berkata apa, ‘nyeplos’, “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (Lukas 9:33). Saat itu, Petrus tidak sadar bahwa dengan berkata demikian, ia menaruh Yesus di tingkatan yang sama dengan Musa dan Elia, dan Bapa harus mengkoreksi Petrus. Belum lagi Petrus selesai berbicara, terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia” (Lukas 9:35). Saat para murid mendengar hal itu, tersungkurlah mereka dalam ketakutan yang amat sangat. Yesus mendatangi mereka, menyentuh mereka dan berkata: “Berdirilah, jangan takut!” (Matius 17:7). Dan ketika mereka berani mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Tuhan Yesus sendiri.

Sekarang, bayangkan ini: Anda baru saja dinaungi oleh awan terang kemuliaan Allah (shekinah glory) dan mendengar Bapa berkata dari sorga, “Dengarkan Anak-Ku Yesus!” Saat Anda tengkurap di tanah, sangat-sangat ketakutan, tidakkah Anda bertanya-tanya apa yang akan Yesus katakan? Apa kira-kira kalimat pertama-Nya? Lalu Tuhan Yesus menghampiri Anda, menyentuh Anda dalam ketenangan dan kehangatan, sambil berkata, “Berdirilah, jangan takut!.”

Tidakkah hal itu begitu indah, begitu seperti Tuhan Yesus? Perkataan pertama-Nya saat melihat murid-murid-Nya ketakutan bukanlah sesuatu mengenai perintah atau hukum yang baru. Tapi adalah perkataan kasih karunia. Bahkan, dari teks asli berbahasa Yunani, kita bisa mendapatkan gambaran betapa meneguhkan dan menguatkannya perkataan Yesus itu. Kata ‘berdiri’ dalam bahasa Yunani adalah ‘egeiro’, yang berarti ‘mengangkat’. Saat melihat Petrus, Yakobus dan Yohanes tertelungkup dengan wajah menghadap tanah, Yesus tidak sekedar menyentuh mereka – secara harfiah Ia ‘mengangkat’ mereka saat Ia mengucapkan perkataan yang meneguhkan kepada mereka. Inilah sifat Tuhan kita. Hadirat dan perkataan-Nya selalu mengangkat Anda -roh, jiwa dan tubuh- saat Anda merasa tertekan atau takut.

Hadirat dan perkataan-Nya selalu mengangkat Anda -roh, jiwa dan tubuh- saat anda merasa tertekan atau takut.

Hal penting lain yang bisa kita lihat adalah Tuhan Yesus secara khusus membawa ketiga murid ini -Petrus, Yakobus dan Yohanes- ke Gunung Transfigurasi. Nama Petrus, ‘Petros’dalam bahasa Yunani, memiliki arti ‘batu’ yang adalah gambaran Taurat (lihat 2 Korintus 3:7). Yakobus berasal dari nama perjanjian lama ‘Yakub’, yang artinya ‘pengganti’. Nama Yohanes dalam bahasa Ibrani, Jochanan, berasal dari akar kata yang berarti ‘kasih karunia’. Jadi jika Anda menyatukan nama mereka bertiga bersama-sama Petrus, Yakobus dan Yohanes, terdapat pesan tersembunyi untuk kita: batu (Taurat) telah digantikan oleh kasih karunia! Sahabat, kasih karunia telah datang dalam seorang pribadi, Tuhan kita Yesus dan menggantikan Taurat. Dengarkan Dia hari ini. Dengarkan perkataan-Nya yang penuh kasih karunia!

 

SIAPA YANG ANDA DENGARKAN HARI INI?

Bapa berkata dengan jelas sekali, “Dengarkanlah Dia,” bukan “Dengarkanlah mereka.” Di Gunung Transfigurasi itu, Musa dan Elia berdiri bersama dengan Yesus. Siapakah Musa? Si pemberi Taurat. Siapakah Elia? Dia bukan hanya seorang nabi Perjanjian Lama, tapi juga pembaharu Taurat (di masa perjanjian lama, saat orang Israel pergi menyembah dewa-dewa asing, Elia datang sebagai pembaharu hukum Taurat).

Bagi orang percaya, Taurat Musa telah mencapai tujuannya yaitu membawa manusia kepada akhir dirinya sendiri. Para nabi juga telah memenuhi tugasnya dengan mengingatkan umat Allah akan hukum-Nya. Keduanya telah menuntaskan tugasnya. Hari ini adalah hari kasih karunia. Inilah hari Anak Allah – bukan hari para hamba Allah, tetapi Anak Allah sendiri.

Sangat disayangkan, hari ini banyak orang percaya yang menempatkan Yesus – Sang Kasih Karunia – di posisi yang sama dengan Taurat Musa. Mereka menganggap dirinya pembaharu hukum dan berjuang melakukan restorasi Taurat Musa. Tapi bukan itu isi hati Bapa. Karena itulah Bapa berkata, “Dengarkanlah Dia.”

Saya yakin orang-orang yang ingin menerapkan kembali Taurat Musa tidak menyadari bahwa Taurat bukanlah pengetahuan akan kekudusan Allah, tapi ‘pengetahuan’ akan dosa! Lihatlah Roma 3:20-22 terjemahan New King James Version:

“Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena hukum Taurat adalah pengetahuan (pengenalan) akan dosa. Tetapi sekarang   kebenaran Allah yang tak ada kaitannya dengan Taurat telah dinyatakan, seperti yang disaksikan oleh Taurat dan para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua dan atas semua orang yang percaya.”

Perhatikan bahwa pada bacaan di atas, Rasul Paulus berkata, “Tetapi SEKARANG kebenaran Allah yang tak ada kaitannya dengan Taurat telah dinyatakan.” Anda ingin hidup di masa sekarang, atau di masa lalu? Apakah Anda menginginkan pewahyuan yang terkini dari Allah? Pewahyuan terkini dari Allah adalah kasih karunia! Yakni pewahyuan bahwa kebenaran Allah yang diberikan kepada Anda sebagai anugerah tanpa hukum Taurat dan pewahyuan ini datang melalui Anak. Inilah sebabnya Musa (Taurat) dan Elia (para nabi) bersama-sama menjadi saksi bagaimana kita harus “Mendengarkan Dia,” Sang Anak – hanya kasih karunia saja – hari ini.